Sabtu, 19 Juni 2010

VASEKTOMI

Vasektomi
a. Kontap merupakan kontrasepsi yang ”cost effective yang mempunyai keunggulan yaitu :
1) Kontrasepsi mantap merupakan salah satu metode kontrasepsi yang sangat efektif bagi pria dan perempuan, tidak memiliki efek samping klinis karena bersifat non hormonal, pengaruhnya jangka lama dengan sekali tindakan saja.
2) Dalam pelayanan KB nasional keberadaan pelayanan kontrasepsi mantap sudah berlangsung sekitar 30 tahun dan telah menjadi alternative pilihan dari masyarakat Indonesia dalam pengaturan kelahiran.
3) Permintaan masyarakat terhadap kontap masih rendah dan masih belum merata di seluruh Indonesia, hal ini merupakan peluang yang masih bias ditingkatkan
4) Telah dikembangkan sistem pelayanan kontap yang terintegrasi dengan system pelayanan kesehatan reproduksi.
b. Profil
1) Sangat efektif
2) Tidak ada efek samping jangka panjang
3) Tindak bedah yang aman dan sederhana
4) Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
5) Konseling dan informed consent mutlak diperlukan.
c. Batasan
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapsitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi penyatuan dengan ovum tidak terjadi.
d. Indikasi
Vasektomi merupakan upaya menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
e. Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
1) Infeksi kulit pada daerah operasi
2) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
3) Hidrokel atau varikokel yang besar
4) Hemia inguinalis
5) Flariasis elafantiasis
6) Undesensus testikularis
7) Massa intraskrotalis
8) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia.
f. Konseling, informasi dan persetujuan tindakan medis
1) Klien harus diberi informasi bahwa prosedur vasektomi tidak mengganggu hormone pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan seksual.
2) Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi terpilih hingga spermatozoa yang tersisa dalam vesikula seminalis telah dikeluarkan seluruhnya. Secara empiric, spera-analisis akan menunjukkan hasil negatif setelah 5-kali ejakulasi.
g. Informasi bagi klien
1) Pertahankan band aid selama 3 hari
2) Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik atau digaruk
3) Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air
4) Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering
5) Jika ada nyeri, berikan-tablet analgetik seperti parasetamol atau ibu prfen setiap 4-5 jam
6) Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari
7) Boleh bersanggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan, pakailah kondom atau kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali.
8) Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi.
h. Penilaian Klinik
Penilaian sosiomedik yang perlu diketahui dari seseorang calon akseptor vasektomi meliputi hal-hal berikut:
1) Riwayat operasi atau trauma pada regioskrotalis atau inguinalis.
2) Riwayat difungsi seksual, termasuk impotensi
3) Kondisi arena skrotalis (ketebalan, parut atau infeksi).
4) Temuan berupa undesensus testikularis, hidrokel/varikokel, massa intraskrotalis atau hernia inguinalis
5) Riwayat alergi
6) Adanya proteinuria atau diabetes mellitus.
j. Tempat pelayanan dan petugas pelaksana vasektomi tanpa pisau (VTP)
Tim medis VTP merupakan petugas kesehatan yang dilatih secara khusus untuk melakukan prosedur vasektomi. Di Indonesia pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang memiliki Tim Medis VTP merupakan fasilitas kesehatan terdepan yang dapat memberikan pelayanan kontrasepsi khusus ini. Walaupun prosedur vasektomi merupakan tindakan bedah minor, ketersediaan peralatan dan medikamentosa untuk tindakan gawat darurat merupakan syarat mutlak pelayanan. Akses ke fasilitas kesehatan rujukan juga harus tersedia setiap saat.
k. Komplikasi
1) Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah tindakan. Komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi akibat reaksi anafilaksis yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia.
2) Komplikasi pascatindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau abses pada testis, atrofi testis, epididimitis kongestif, atau peradangan kronik granuloma di tempat insisi. Penyakit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya antibody sperma.

TUBEKTOMI

Tubektomi
a. Profil
1) Sangat efektif dan pemanen
2) Tindak pembedahan yang aman dan sederhana
3) Tidak ada efek samping
4) Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas kesuburan seorang perempuan.
b. Jenis
1) Minilaparotomi
2) Laparoskopi
c. Mekanisme Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
d. Manfaat
Kontrasepsi
1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).
2) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
3) Tidak bergantung pada faktor sanggama
4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
6) Tidak dan efek samping dalam jangka panjang
7) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormone ovarium).
Nonkontrasepsi
1) Berkurangnya risiko kanker ovarium
e. Keterbatasan
1) Harus dipertimbangkan sifat permanent metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi.
2) Klien dapat menyesal di kemudian hari
3) Risiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
4) Rasa sakit / ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi
6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV / AIDS.
f. Isu-Isu klien
1) Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini.
2) Informed consent harus diperoleh dan standart consent form harus ditandatangani oleh klien sebelum prosedur ini dilakukan : Informed consent form dapat ditandatangani oleh seorang saudara atau pihak yang bertanggung jawab atas seorang klien yang kurang paham atau tidak dapat memberikan informed consent, misalnya individu yang tidak kompeten secara kejiwaan.
g. Yang dapat Menjalani tubektomi
1) Usia > 6 tahun
2) Paritas >
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
5) Pascapersalinan
6) Pasca keguguran
7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
Tabel Keadaan Yang Memerlukan Kehati-hatian
Keadaan Anjuran
Masalah-masalah medis yang signifikan misalnya penyakit jantung atau pembekuan darah, penyaklit radang panggul sebelumnya/sekarang, obesitas, diabetes Klien dengan masalah medis yang signifikasn menghendaki penatalaksanaan lanjutan dan bedah yang khusus. Misalnya, prosedur ini harus dilakukan di rumah sakit tipe A atau B atau fasilitas swasta dan bukan di sebuah ambulantory facility. Bila memungkinkan, masalah-masalah medis yang signifikan sebaiknya dikontrol sebelum proses pembedahan.
Anak tunggal dan / atau dengan tanpa anak sama sekali Nasehat yang sangat hati-hati dan membutuhkan waktu tambahan untuk mengambil keputusan yang bijak. Bantulah klien untuk memilih metode yang lain, bila perlu.

h. Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
1) Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
2) Pendarahan vagina yang belum terjelaskan hingga harus dievaluasi
3) Infeksi sistemik atau pelvic yang akut hingga masalah itu disebuhkan atau dikontrol.
4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan
5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
6) Belum memberikan persetujuan tertulis.
i. Kapan dilakukan
1) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini seara rasional klien tersebut tidak hamil.
2) Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
3) Pascapersalinan
a) Minilap : dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
b) Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.
4) Pascakeguguran
a. Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (minilap atau laparoskopi).
b. Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap saja)
Tabel Penanganan Atas Komplikasi Yang Mungkin Terjadi
Komplikasi Penanganan
Infeksi Luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotic. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang teridentifikasi.
Demam pascaoperasi (> 38C) Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi) Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat, apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pascaoperasi, dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. Amati : hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif.
Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi) Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk : cairan intravena, resusitasi kordiopulmonar, dan tindakan penunjang kehidupan lainnya
Rasa sakit pada lokasi pembedahan Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan
Perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan) Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan

j. Intruksi kepada klien
1) Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal di dalam waktu 7 hari setelah pembedahan).
2) Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai kembali melakukan hubungan intim, hentikan lah bila ada perasaan kurang nyaman.
3) Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu.
4) Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesic (atau penghilang rasa sakit) setiap 4 hingga 6 jam.
5) Jadwalkanlah sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan. (Petugas akan memberi tahu tempat layanan ini akan diberikan).
6) Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu, atau tanda-tanda dengan symptom-simptom yang tidak bisa.
k. Informasi umum
1) Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas (CO2 atau udara) dibawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperitoneum.
2) Tubektomi efektif setelah operasi
3) Periode menstruasi akan berlenjut seperti biasa. (Apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedahan).
4) Tubektomi tidak memberikan perlindungan atas IMS, termasuk virus AIDS. Apabila pasangannya berisiko, pasangan tersebut sebaiknya mempergunakan kondom bahkan setelah tubektomi.

IUD

B. Intra Uterine Devices
1. AKDR dengan Progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormone steroid adalah progestin yang mengandung progesterone dari Mirena yang mengandung levonorgestrel.
a. Cara kerja
1) Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implamantasi.
2) Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma.
3) mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii
4) Menginaktifkan sperma
b. Efektivitas
Sangat efektif yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.
c. Keuntungan kontrasepsi
1) Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun)
2) Tidak mengganggu hubungan suami isteri
3) Tidak berpengaruh terhadap ASI
4) Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat
5) Efek sampingnya sangat kecil
6) Memiliki efek sistemik yang sangat kecil
d. Keuntungan nonkontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid
2) Dapat diberikan pada usia perimenopause bersamaan untuk pencegahan hiperplasia endometrium.
3) Mengurangi jumlah darah haid
4) Sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi pada perdarahan uterus disfungsional dan adenomiosis
5) Merupakan kontrasepsi pilihan utama pada perempuan perimenopause.
6) Tidak mengurangi kerja obat tuberkolosis ataupun obat epilepsi, karena AKDR yang mengandung progestin kerjanya terutama lokal pada endometrium.
e. Keterbatasan
1) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR.
2) Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR
3) Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat sehingga sangta tergantung pada tenaga kesehatan
4) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenore
5) Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/1000 kasus)
6) Kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi
7) Bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat mnyebabkan infeksi.
8) Mahal
9) Progestin sedikit meningkatkan risiko trombosis sehingga perlu hati-hati padaperempuan perimenopause. Risiko ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pil kombinasi.
10) Progestin dapat menurunkan kadar HDL kolesterol pada pemberian jangka penjang sehingga perlu hati-hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskuler
11) Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara
12) Progestin dapat mempengaruhi jenis-jenis tertentu hiperlipidemia
13) Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus.
f. Yang boleh menggunakan akdr dengan progestin
1) Usia reprodduksi
2) Telah memiliki anak maupun belum
3) Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah kehamilan
4) Sedangkan menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
5) Pasca keguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggul
6) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal; kombinasi.
7) Sering lupa menggunakan pil
8) Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian estrogen
9) Mempunyai risiko rendah mendapat penyakit menular seksual
g. Yang tidak boleh menggunakan AKDR dengan progestin
1) Hamil atau tidak hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jenis penyebabnya
3) Menderita vaginitas, salpingistis, endometritis
4) Menderita penyakit radang panggul atau pasca keguguran septik
5) Kelainan konginetal rahim
6) Miom submukosum
7) Rahim yang sulit digerakkan
8) Riwayat kehamilan ektopik
9) Penyakit trofoblas ganas
10) Terbukti menderita penyakit tuberkolosis panggul
11) Kanker genitalia/ payudara
12) Sering ganti pasangan
13) Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit peningkatan kadar gula dan kadar insulin
h. Waktu AKDR dengan progestin dipasang
1) Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut dapat dipastikan tidak hamil
2) Sesudah melahirkan, dalam waktu 48 jam pertama pasca persalinan, 6-8 minggu ataupun lebih sesudah melahirkan
3) Segera sesudah induksi haid, pasca keguguran spontan atau keguguran buatan dengan syarat tidak terdapat bukti-bukti adanya infeksi




Tabel: Keadaan yang memerlukan perhatian
Keadaan Anjuran
Nyeri haid hebat Dapat disebabkan oleh AKDR. Klien perlu dirujuk. Umumnya terjadi pada permulaan pekaian. Pada dasarnya progestin mengurangi nyeri haid
Riwayat kehamilan ektopik Jelaskan kepada klien tanda-tanda kehamilan ektopik dan bila ada segera mencari pertolongan di rumah sakit
Gejala penyakit katup jantung Berikan antibiotik saat insersi AKDR. Bila anemia (Hb < 9 g/dl) ganti dengan metode kontrasepsi lain
Menderita nyeri kepala atau migrain Paling sering ditemukan AKDR yang mengandung progestin. Bila sakitnya berat rujuk klien dan cabut AKDR. Pada keluhan ringan cukup berikan analgetik (jangan berikan aspirin)
Penyakit jantung Sebaiknya jangan berikan AKDR yang mengandung progestin, karena progestin mempengaruhi lipid dan vasokonstriksi
Stroke/ riwayat stroke Sebaiknya jangan diberi AKDR yang mengandung progestin
Tumor jinak maupun ganas pada hati Progestin dapat memicu pertumbuhan tumor, sebaiknya jangan diberi AKDR dengan progestin

i. Instruksi kepada klien
Dalam keadaan normal klien kembali untuk kontrol rutin sesudah menstruasi pertama kali pasca pemasangan (4-6 minggu) tetapi jangan sampai melewati 3 bulan sesudah pemasangan AKDR. Cek benang AKDR dan jika terjadi salah satu keadaan berikut ini klien harus kembali ke klinik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Timbul kram di perut bagian bawah
2) Adanya perdarahan bercak antara haid atau sesudah melakukan senggama
3) Nyeri sesudah melakukan senggama atau jika suaminya mengalami perasaan kurang enak sewaktu melakukan senggama
4) AKDR perlu diangkat setelah satu tahun ataupun lebih awal bila dikehendaki
5) Bila terjadi ekpulsi AKDR atau keluar cairan yang berlebihan dari kemaluan, lihat terjadi infeksi atau tidak.
6) Memicu keluhan sakit kepala atau sakit kepala makin parah
j. Informasi lain yang perlu disampaikan
1) AKDR yang digunakan tersebut segera efektif
2) Pada bulan pertama pemakaian dapat terjadi ekpulsi AKDR
3) Pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi amenorea
4) AKDR dapat saja dicabut setiap saat sesuai dengan keinginan klien
5) AKDR tidak dapat melindungi klien terhadap penyakit hubungan seksual dan AISD/ HIV
k. Jadwal khusus untuk pemakaian AKDR dengan progestin
1) Tidak datang haid disertai dengan keluhan mual dan nyeri payudara perlu dicurigai terjadinya kehamilan
2) Nyeri perut bagian bawag perlu dicurigai kemungkinan terjadi kehamilan ektopik
3) Kram/ nyeri perut bagian bawah terutama bila disertai dengan tidak enak badan, demam/ menggigil perlu dicurigai kemungkinan terjadi infeksi panggul
4) AKDR jenis ini tidak dapat melindungi diri dari penyakit hubungan seksual dan AIDS/ HIV.
2. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
a. Profil
1) Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-380 A)
2) haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
3) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
4) Tidak boleh dipaakai perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS)



b. Jenis
1) AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang fleksible berbentuk huruf T diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana-mana.
2) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)
3) Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusu CuT-380 A
c. Cara kerja
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2) Mmpengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
4) Memungkinkan untuk mencegah implamantasi telur dalam uterus
d. Keuntungan
1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi
2) Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 perempuan kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
3) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
4) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti)
5) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
6) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
7) meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
8) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
9) tidak mempengaruhi kualitas dari volume ASI
10) Dapat dipasang segear setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
11) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
12) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
13) Membantu mencegah kehamilan ektopik
e. Kerugian
Efek samping yang umum terjadi:
1) Perubahan siklus hid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spotting antar menstruasi)
4) Saat haid lebih sedikit.
Komplikasi lain:
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannay benar)
4) Tidak mencegah IMS termasuk AIDS/ HIV
5) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
6) Peeny radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas
7) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
8) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 hari.
9) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR
10) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)
11) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungis AKDR untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
f. Persyaratan pemakaian
Yang dapat menggunakan
1) Usia produktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terliha adanya infeksi
7) Risiko rendah dari IMS
8) Tidak menghendaki metode hormonal
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10) Tidak menghendaku kehamilan setelah 1-5 hari senggama (lihat kontrasepsi darurat)
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya:
1) Perokok
2) pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
3) Sedang memakai antibiotika atau anti kejang
4) Gemuk ataupun yang kurus
5) Sedang menyusui
Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR
1) Penderita tumor jinak
2) penderita kanker payudara
3) Pusing-pusing, sakit kepala
4) Tekanan darah tinggi
5) Varises di tungkai atau di vulava
6) Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR)
7) Pernah menderita stroke
8) Penderita stroke
9) Penderita diabetes
10) Penderita penyakit hati atau empedu
11) Malaria
12) Skistosomiasis (tanpa anemia)
13) Penyakit tiroid
14) Epilepsi
15) Non pelvik TBC
16) Setelah kehamilan ektopik
17) Setelah pembedahan pelvik
g. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
6) Penyakit trofoblas yang ganas
7) Diketahui menderita TBC pelvic
8) kanker alat genital
9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
3. AKDR Post Plasenta
a. Tentang AKDR Post Plasenta
1) Kita pernah mengenal program insersi AKDR (IUD) postpartum dimana pasien mendapat insersi AKDR pascaper salinan. Program tersebut tidak pernah dikembangkan lagi.
2) Dengan adanya cara yang relatif baru yaitu insersi AKDR post-plasenta mungkin mempunyai harapan dan kesempatan bagi banyak ibu yang tak ingin hamil lagi. Teknik ini cukup aman. Hanya sebagian-sebagian kecil (3-8%) ibu yang menginginkan anak lagi. Bagi Indonesia dengan kesulitan hidup yang cukup tinggi (30% miskin), dan banyaknya unmet need (8,6%) maka teknologi ini perlu ditawarkan. Pasien hendaknya mendapat konseling sebelum persalinan.
3) Pemasangan AKDR dapat dilakukan juga pada saat seksio sesarea. Peningkatan penggunaan AKDR akan mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan di masa depan, sehingga akan menggurangi angka kematian ibu di Indonesia.
b. Efektifitas
1) AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan
2) Diakui bahwa ekspusi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus didasari oleh pasien bila mau akan dapat dipasang lagi.
3) Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulasi. Oleh karena itu diperlukan pelatihan.
4) Kontraindikasi pemasangan post-plasenta ialah ketuban pecah lama, infeksi intrapartum, pendarahan post partum.
c. Teknologi
1) AKDR umumnya jenis CU-T dimasukkan ke dalam fundus uteri dalam 0 menit setelah plasenta lahir. Penolong telah menjepit AKDR di ujung jari tengah dan telunju yang selanjutnya menyusuri sampai ke fundus.
2) Pastikan bahwa AKDR diletakkan dengan benar di fundus. Tangan kiri penolong memang fundus dan menekan ke bawah. Jangan lupa memotong benang AKDR sepanjang 6 cm sebelum insersi.


d. Pemantauan
Klien hendaknya diberikan pendidikan mengenai manfaat dan resiko AKDR. Bila terjadi ekspulsi AKDR dapat kembali dipasang. Pemeriksaan AKDR dapat dilakukan setiap tahun atau bila terdapat keluhan (nyeri, perdarahan, demam dsb).

MateriIMplant

1. Implant
Kontrasepsi implan
a. Profil
1) Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk jadena, indoplant atau implanon.
2) Nyaman
3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
4) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
5) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenoria
7) Aman dipakai pada masa lektasi.
b. Jenis
1) Norpant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestral dan lama kerjanya 5 tahun
2) Implanin. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestral dan lama kerjannya 3 tahun.
3) Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg lavonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun
c. Cara kerja
1) Lendir serviks menjadi kental
2) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
3) Mengurangi transportasi sperma
4) Menekan ovulasi
c. Efektivitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)
d. Keuntungan Kontrasepsi
1) Guna tinggi
2) Perlindungan janga panjang (sampai 5 tahun)
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5) Bebas dari pengaruh estrogen
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama
7) Tidak mengganggu ASI
e. Praktek Pelayanan Kontrasepsi dengan Berbagai metode
1) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
2) Dapat dicabut setiap saat sesuai defngan kebutuhan.
f. Keuntungan Nonkontrasepsi
1) Mengurangi Nyeri haid
2) Mengurangi jumlah darah haid
3) Mengurangi/memperbaiki anemia
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium
5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
f) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
g) Menurunkan angka kejadian endometriosis.
g. Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting, hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
h. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
1) Nyeri kepala
2) Peningkatan/penurunan berat badan
3) Nyeri payudara
4) Perasaan mual
5) Pening/pusing kepala
6) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervoudness)
7) Membutuhkan tindak pembedahanminor untuk insersi dan pencabutan
8) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
9) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
10) Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obata tuberkulosis (rifampilasin) atau obat epilepsi (fenitin dan harbitural)
11) Terjadinya kehamilan ektropik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun)
i. Yang boleh Menggunakan Implan
1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak ataupun yang belum
3) Menghendakai kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5) Pascapersalinan dan tidak menyusul
6) Pasca keguguran
7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
8) Riwayat kehamilan ektopik
9) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemi bulan sabit (sickle cell)
10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi homonal yang mengandung astrogen
11) Sering lupa menggunakan pil
j. Yang tidak boleh menggunakan inplan
1) Hamil atau diduga hamil
2) Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5) Mioma uterus dan kanker payudara
6) Gangguan toleransi glukosa


k. Mulai menggunakan Implan
1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan
2) Insersi dapat dilakukan setiapa saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan.Bila diinsersi setelah hari ke-7 haid, klien jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lain 7 hari saja.
3) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan tiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
5) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
6) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
7) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal (kecuali AKDR) dank lien ingin menggantinya dengan impaln, insersi implant dapat dilakukan setiap saat, asalsaja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
8) Bila kontrasepsi sebelumnya AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke 7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
9) Pasca keguguran implant dapat segera diinersikan.
Tabel: Keadaan yang memerlukan perhatian
Keadaan Anjuran
Penyakit hati akutr (virus hepatitis) Sebaiknya jangan menggunakan implant
Stroke/ riwayat stroke, penyakit jantung Sebaiknya jangan menggunakan implant
Menggunakan obat untuk epilepsy/ tuberkolosis Sebaiknya jangan menggunakan implant
Tumor jinak atau ganas pada hati Sebaiknya jangan menggunakan implant

l. Instruksi untuk Klien
1) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi.
2) Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit perih, pembengkakan atau lebam pada daerah insisi. hal ini tidak perlu dikawatirkan.
3) Pekerjaan rutin harian tetapdikerjakan. Namun hindari benturan, gesekan atau penekanan pada daerah insisi.
4) Balutan penekan jangan dibukaselama 48 jam, sedangkan plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari)
5) Setelah luka sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar
6) Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan atau bilarasasakit menetap selama bberapa hari,segerakembali ke klinik.
m. Informasi lain yang perlu disampaikan
1) Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan berlangsung hingga 5 tahun bagi Norplant dan 3 tahun bagi susuk implanon dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan.
2) Sering ditemukan ganguna pola haid, terutama pada 6 sampai 12 bulan pertama. Beberapa perempuan mungkin akan mengalami berhentinya haid sama sekali.
3) Obat-obat tuberkolosis ataupun obat epilepsy dapat menurunkan efektivitas implant.
4) Efek samping yang berhubungan dengan implant dapat berupa sakit kepala, penambahan berat badan dan nyeri payudara.amping ini tidak berbahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya.
5) Norplant dicabut selama 5 tahun pemakaian, susuk implanon sebelum 3 tahun kemungkinan sebelum 3 tahun kemungkinan hamil sangat besar dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
6) Berikan kepada klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat insersi dan nama klinik.
7) Implan tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual, termasuk AIDS. Bila pasangannya memiliki risiko, perlu menggunakan kondom untuk melakukan hubungan seksual.
n. Jadwal kunjungan kembali ke klinik
Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant dipasang bila ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1) Amenore yang disertai perut bagian bawah
2) Perdarahan yang banyak dari kemaluan
3) Rasa nyeri pada lengan
4) Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah
5) Ekspulsi dari batang implant
6) Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.
7) Nyeri dada hebat
8) Dugaan adanya kehamilan
o. Peringatan khusus bagi pengguna implan
Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah terjadi kehamilan. Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik. Terjadi perdarahan banyak dan lama. Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi implant. Ekspulsi batang implant (norplan). Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang besaratau penglihatan menjadi kabur.

Kamis, 27 Mei 2010

CONTOHJUDULKTI

1. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. T dengan persalinan presentasi bokong di RB Puskesmas Colomadi I Karanganyar

2. Asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. T dengan bendungan saluran air susu ibu di Puskesmas kecamatan Jumapolo kabupaten Karanganyar tahun 2008

3. Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. Y Post Sectio Caesarea dengan indikasi presentasi bokong di bangsal Annisa RS PKU Muhammadiyah Karanganyar

4. Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. L dengan asfiksia sedang di BPS Ismu Pratiwi Jatiyoso Karanganyar bulan Desember 2008

5. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. P G2P1A0 hamil 38 minggu dengan Pre eklampsi berat di ruang bersalin RSUD Sukoharjo

6. Asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. S G3P2A0 dengan kehamilan ektopik terganggu di ruang Bougenvill BRSUD Sukoharjo

7. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin pada Ny. T umur 21 tahun G1P1A0 dengan retensio plasenta

8. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. S umur 26 tahun G2P1A0 dengan kehamilan posterm di BPS Dwi Retnaningsih desa Karangbangun kecamatan Jumapolo Karanganyar tahun 2008

9. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. E umur 28 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu 2 hari dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar

10. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. D umur 25 tahun G1P0A0 dengan presentasi bokong di BPS Lestari Puhgogor Bendosari Sukoharjo

11. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. S dengan kehamilan Serotinus di RSUD Sukoharjo

12. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. E umur 24 tahun G1P0A0 umur kehamilan 26 minggu + 1 hari dengan anemia sedang di puskesmas Mojogedang I Karanganyar

13. Asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulanan Ny. W dengan sptting di poliklinik kebidanan puskesmas Jatiyoso Karanganyar bulan November 2008

14. Tingkat kepatuhan bidan terhadap prosedur pelaksanaan imunisasi campak di Puskesmas Grogol Sukoharjo

15. Asuhan kebidanan pada Ny. S G1P0A0 hamil dengan preeclampsia ringan di puskesmas kecamatan polokarto kabupaten Sukoharjo

16. Asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. S G1P0A0 dengan primitua di Puskesmas Gondangrejo kecamatan Gondangrejo Karanganyar

17. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S G1 P0A0 dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I di Puskes,as weru Sukoharjo

18. Asuhan kebidanan ibu hamil Ny. X primigravida trimester III dengan anemia ringan di Puskesmas II Polokarto

19. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. R dengan berat badan lahir rendah di ruang perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar

20.Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. M dengan anemia sedang di RB Citra Prasasti Mojolaban Sukoharjo

21. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. T dengan pre-eklamsi ringan di PKD Kasih Bunda Gerdu Karangpandan

22.Asuhan kebidanan ibu hamil Ny. S G4P3A0Ah3 umur kehamilan 8 minggu dengan abortus incompletes di bangsal cempaka RSUD Sragen

23. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. M umur 22 tahun G1P0A0 hamil 12 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade I di Puskesmas jumapolo; karanganyar

24. Karakteristik penyebab ISPA pada balita di Puskesmas Grogol Sukoharjo tahun 2008

25.Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. Y dengan abortus imminens di RB Dwi Karya Husada Kartasura

26. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. SH dengan abortus incompletus di bangsal teratai RSUD Karanganyar

27. Karakteristik penyebab diare pada balita di Puskesmas Gogol Sukoharjo Tahun 2008

28. Asuhan kebidanan pada Ny. P umur 35 tahun P2A0 akseptor IUD jenis Copper T 380 A dengan Leukorrhoea patologis di Pusesmas Bendosari Sukoharjo

29.Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. A dengan Kala II lama di RS PHU Muhammadiyah Karanganyar

30. Kecepatan lepasnya plasenta pad persalinan normal yang mendapat manajemen aktif kala III berdasarkan umur dan paritas di BPS Siyamtiningsih Gondangrejo

31. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif pada pasien di puskesmas Karanganyar

32. Asuhan kebidanan pada BBL Ny. A dengan asfiksia sedang di bangsal perinatologi RS PKU Muhammadiyah Karanganyar

33.Asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. S dengan ketuban pecah dini di RSUD Sukoharjo tahun 2009

34.Asuhan kebidanan ibu nifas Ny. T dengan bendungan ASI di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar tahun 2008

35.Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S umur kehamilan 30 minggu G2P1A0 dengan presentasi bokong di Puskesmas Jumapolo Karanganyar tahun 2009

36. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. W dengan Abortus Incompletus di bangsal kebidanan Rumah Sakit Triharsi Surakarta

37. Asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. N dengan luka jahitan post episiotomy di bangsal Cempaka RSUD kabupaten Sragen

38. Asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. N dengan luka jahitan post episiotomy di bangsal Cempaka RSUD Kabupaten sragen

39. Asuhan kebidanan pada Ny. T P1A0 nifas Post Sectio Caesarea indicator KPD di BRSUD Sukoharjo

40. Tingkat pengetahuan remaja putrid tentang sindroma pre menstruasi di SMP Penda Mojogedang tahun 2009

41. Asuhan kebidanan pada Ny. D Multi Gravida dengan anemia ringan di Puskesmas Tasikmadu

42. Asuhan kebidanan pada Ny. E umur 23 tahun G1P0A0 hamil normal trimester III dengan nyeri punggung di Puskesmas Mojogedang II Karanganyar

43. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. M G1P1A0 trimester III dengan anemia sedang di Puskesmas Weru Sukoharjo

44. Tingkat pengetahuan perempuan calon pengantin tentang imunisasi tetanus toxoid di Puskesmas Grogol tahun 2009

45. Asuhan kebidanan pada Ny. A umur 24 tahun P1A0Ah1 postpartum dengan luka jahitan karena episiotomy di BPS Susilowati Alastuwo Kebakkramat Karanganyar

46. Asuhan kebidanan pada Ny. D dengan abortus inkompletus di RSUD Sukoharjo

47. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum di PKD desa Buntar kecamatan Mojogedang kabupaten Karanganyar

48. Asuhan kebidanan pada Ny. S umur 28 Tahun P2A0 nifas dengan perdarahan post partum primer karena retensio sisa plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar

49. Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. “T” p1A0 dengan bendungan asi di BPS Sri Mulatsih Pranan Polokarto Sukoharjo tahun 2009

50. Asuhan kebidanan pada bayi Ny.”S” dengan berat badan lahir rendah di RSUD Sukoharjo tahun 2008

51. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan tentang pijat bayi di BPS Tri Wahyuni Kerjo Karanganyar

52. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Sadari dengan tingkat ketepatanibu praktek Sadari di desa Sidorejo Tanon Sragen

53. Hubungan kejadian Disminore terhadap kehadiran dalam mengikuti pelajaran pada siswi SMP Negeri 1 Kebakkramat Karanganyar

54. Tingkat pengetahuan ibu primipara tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini di BPS Ben Waras Sukoharjo

55. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan ketepatan dalam pemberian makanan tambahan pada bayi umur 1 – 12 bulan di Polindes Nglarangan Kauman Ponorogo

56. Hubungan tingkat pengetahuan ibu in partu tentang IMD dengan tingkat kemampuan pelaksanaan Imunisasi Menyusu Dini di RB Ibunda Jaten

57. Hubungan tingkat pengetahuanibu dengan ketepatan pemberian imunisasi BCG di BPS Beta Kusuma Matesih Karanganyar

58. Asuhan kebidanan ibu hamil trimester II Ny. H dengan anemia sedang di RB Yahayu Tawangmangu

59. Tingkat pengetahuan ibu tentang tablet besi pada ibu hamil trimester III di RB Raharja, Weru Sukoharjo

60. Penyebaran kejadian partisipasi PUS dalam ber-KB berdasarkan umur dan jenis alat kontrasepsi di Kabupaten Karanganyar tahun 2008

61. Tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif pada ibu primipara di BPS Soeyatmi Gaten Sidowayah Polanharjo Klaten

62. Hubungan persalinan kala II lama dengan asfiksia neonatorum di RSUD Salatiga

63. Asuhan kebidanan ibu nifas Ny. “W” umur 24 tahun P1A0Ah1 dengan luka jahitan
Perineum karena episiotomy di bangsal Mawar 1 RSUD DR. Moewardi Surakarta

64. Asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. T usia 31 tahun G1P0A0 hamil 37 minggu dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Assalam Gemolong

65. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny. S 23 Tahun G1P0¬A0 dengan Hipertensi Ringan di PKD Mutiara Kasih Gaum Tasikmadu Karanganyar

66. Tingkat pengetahuan wanita tentang menopause di dusun Kaliwowo, desa Kedunggalar Ngawi

67. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia pada kehamilan di RB Citra Prasasti II Mojolaban Sukoharjo

68. Tingkat pengetahuan ibu hamil primigravida tentang tanda bahaya kehamilan di BPS Sri Wahyuni Sukoharjo

69. Tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi BCG bayi di BPS Tri Wahyuni, Kerjo, Karanganyar

70. Hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan ketepatan waktu pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di BPS Tri Wahyuni Kerjo

71. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi HB combo di RB Rahayu Tawangmangu Karanganyar

72. Tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI eksklusif di BPS Ben Waras Sukoharjo

73.Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang pentingnya kolostrum bagi bayi baru lahir di RB Rahayu Tawangmangu Karanganyar

74. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny. “S” G1P0A0 dengan Kala I Lama di RSUD Sukoharjo

75. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi dengan tingkat kemampuan praktek pijat bayi oleh ibu di BPS Tri wahyuni Kerjo Karanganyar

76. Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pra nikah remaja pada siswa kelas XA dan XIA di SMA Negeri 1 Tangen Sragen

77. Gambaran tingkat pengetahuan gizi ibu menyusui pada primipara di BPS Sulih Ariyanti di Jambangan

78. Tingkat pengetahuan ibu primigravida trimester III tentang proses persalinan di RB Ibunda Jaten Karanganyar

79. Tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi suntik 3 bulan di RB Fajar Nugroho Mojolaban Sukoharjo

80. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang preeklamsi berdasarkan tingkat pendidikan I BPS Yashinta Tawangharjo Grobogan

81. Factor-faktor yang mempengaruhi minat akseptor suntik Depomedroksi Progesteron dan Estradiol Sipionat di klinik Beta Kusuma Matesih Karanganyar

82. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A dengan tindakan pemberian vitamin A pada balita di dusun Wonolopo Tasikmadu Karanganyar

83. Tingkat pengetahuan ibu post partum primipara tentang perubahan fisiologi masa nifas di RB Beta Kusuma Matesih Karanganyar

84. Perbedaan ibu bekerja dan tidak bekerja terhadap frekuensi pemberian ASI usia 0 – 2 tahun di RB Citra Prasasti II Mojolaban Sukoharjo

85. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. S umur 29 tahun G4P2A1 dengan kehamilan posterm di RSUD Salatiga

86. Tingkat pengetahuan kader tentang imunisasi dasar di desa Wonolopo, Tasikmadu, Karanganyar

87. Hubungan ibu in partu pre-eklampsia dengan asfiksia neonatorum di RSUD Dr. Soedono Madiun

88. Hubungan usia menarche dengan sikap dalam menghadapi haid pada siswi MTs Negeri Kauman Ponorogo

89. Tingkat pengetahuan siswi SMP Negeri 1 Kedunggalar Ngawi Jawa Timur mengenai dismenorea

90. Hubungan antara paritas dengan tingkat pengetahuan tentang teknik menyusui yang benar di RB Harapan Bunda Matesih

91. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang senam nifas dengan sikap ibu dalam melakukan senam nifas di RB Harapan Bunda Matesih

92. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya nifas di Rumah Bersalin Ibunda Jaten Karanganyar

93. Asuhan kebidanan ibu hamil Ny. M dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II di RSUD Sukoharjo

94. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang sindroma pre menstruasi dengan kesiapan menghadapi menstruasi pada siswi kelasVII F dan VII A SMPN 1 Tanon Sragen

95. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S umur 21 tahun G1P0A0 UK 9 minggu dengan Abortus Imminens disertai anemia ringan di RSU Assalam Gemolong

96. Tingkat pengetahuan ibu hamil trimester III tentang inisiasi menyusu dini di BPS Tri Susilowati Desa Purwosuman, Sidoharjo, Sragen

97. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan pemberian imunisasi dasar di Posyandu wilayah Puskesmas Kedunggalar

98. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. A dengan Ikterus Fisiologis di Ruang Perinatologi BRSUD Sukoharjo

99. Hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui dengan ketepatan waktu pemberian makanan pendamping asi (MPASI) di Posyandu Bunga Krisan Tulakan Sine Ngawi

100. Gambaran factor-faktor ibu yang memilih kontrasepsi suntik Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA) di RB Permata Bunda Sragen

101. Tingkat pengetahuan tentang posisi tidur pada primigravida di kelurahan Jatigembol Kedunggalar Ngawi

102. Hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan menghadapi menarche pada remaja putrid di SMPN 2 Karangmalang

103. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. “J” Umur 47 tahun G5P4A0 Hamil 8 Minggu 4 Hari dengan Abortus Inkompletus di Bangsal Cempaka RSUD Sragen

104. Hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap remaja terhadap seks bebas pada siswa kelas XA dan X IPA1 SMA Negeri 1 Widodaren Ngawi

105. Hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi ibu dalam mengikuti posyandu di desa Kriwen kabupaten Sukoharjo

106. Gambaran karakteristik ibu hamil primigravida yang diimunisasi tetanus toksoid di BPS Ny. Dian Boyolali

107. Asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny. S dengan menorraghia disertai dismenorrhea primer di BPS Sri Ismudati

108. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. T dengan presentasi bokong di RB Harapan Bunda Matesih

109. Asuhan kebidanan nifas pada Ny. D umur 21 tahun P2A0 dengan perdarahan post partum primer karena sisa plasenta di bangsal Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga

111. Tingkat pengetahuan ibu nifas primipara tentang teknik perawatan payudara di RB Fajar Nugroho Wirun Mojolaban Sukoharjo

112. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Premenopause dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di Desa Grogol Beningsari Kecamatan Petanahan Kebumen

113. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan ibu dalam memberikan imunisasi campak pada bayi di BPS Dwi Suryanti Cangakan Karanganyar

114. Hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Sidoharjo Sragen

115. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi ibu hamil primigravida di BPS Dwi Suryanti S, SKM

116.Asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. S akseptor IUD tipe Copper T 380A dengan erosi porsio di RB Griya Husada Sragen kan kabupaten Magetan

117. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan frekuensi kunjungan antenatal care di RB Harapan Bunda Matesih Karanganyar

118. Perbedaan Intensitas Afterpains Ibu Postpartum Multipara sebelum dan Sesudah Melaksanakan Senam Nifas

119. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. D Post Sectio Caesarea atas Indikasi Ketuban Pecah Dini di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar

120. Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. E umur 22 tahun P1A0Ah1 6 jam postpartum dengan anemia sedang di RB Rahayu Tawangmangu Karanganyar

121. Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. N dengan bendungan saluran air susu ibu di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar tahun 2009

122. Gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang keputihan fisiologis dan patologis di SMU Negeri 1 Balong Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo Jawa Timur

123. Hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kejadian Amenorhoe di bidan praktek swasta Sarni Manang Sukoharjo

124. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. D P2A0AH2 Post Sectio Caecarea di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar

125. Asuhan kebidanan ibu hamil dengan letak lintang di BPS Suwarti Jumantono

126. Asuhan kebidanan ibu hamil Ny. S umur 28 tahun G1P0A0 dengan pre-eklamsi ringan di RB Lestari Grogol Sukoharjo

127. Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. S dengan asfiksia sedang di bangsal Perinatologi RSUD Sukoharjo

128. Asuhan kebidanan pada bayi Ny. N dengan prematuritas di rumah sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar

129. Perbedaan tingkat pengetahuan ibu primigravida dan multigravida tentang tanda bahaya kehamilan di RB Ibunda Jaten Karanganyar

130. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny.”P” Umur 30 Tahun G2P1A0 dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I di Bangsal Teratai RSUD Karanganyar

131. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ketidaknyamanan pada trimester ketiga di Puskesmas Walikukun Ngawi

132. Asuhan kebidanan akseptor KB suntik Depo Provera Ny. E dengan Spotting di BPS Yuli Prasetyo Ningsih Kebakkramat

133. Tingkat pengetahuan ibuhamil primigravida mengenai ANC selama kehamilan di Rumah Bersalin Bidan Dewi Bancar Bungkal Ponorogo

134. Hubungan pendidikan normal dengan pengetahuan ibu tentang pemeriksaan payudara sendiri di dusun Bugo Gentan Bendosari Sukoharjo

135. Tingkat pengetahuan ibu mengenai tumbuh kembang balita di dusun Manjung kecamatan Panekan kabupaten Magetan

136. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang persalinan aman dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah puskesmas Buayan Kebumen

137. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil primigravida dengan kepatuhan melakukan ANC di BPS Soeyatmi Roestanto Gaten Sidowayah Polanharjo Klaten

138. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Ny. S Umur 1Jam dengan Prematuritas di Ruang Perinatologi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar

139. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi di BPS Estu Aji Weru Sukoharjo

140. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. U dengan kecil masa kehamilan di RSUD Karanganyar

141. Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Kutowinangun Kabupaten Kebumen

142. Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ANC dengan kepatuhan pemeriksaan ANC di RB Puskesmas Kebakkramat I

143. Hubungan karakteristik ibu dengan ketepatan pemberian makanan pendamping asi di Puskesmas Gondangrejo

144. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Kolostrum dengan Tindakan Pemberian Kolostrum di BPS Titik Dwijati

145. Tingkat pengetahuan remaja putri umur 12- 15 tahun tentang masa pubertas di SMPN 2 Geger kabupaten Madiun

IUD

Gambar