Sabtu, 19 Juni 2010

VASEKTOMI

Vasektomi
a. Kontap merupakan kontrasepsi yang ”cost effective yang mempunyai keunggulan yaitu :
1) Kontrasepsi mantap merupakan salah satu metode kontrasepsi yang sangat efektif bagi pria dan perempuan, tidak memiliki efek samping klinis karena bersifat non hormonal, pengaruhnya jangka lama dengan sekali tindakan saja.
2) Dalam pelayanan KB nasional keberadaan pelayanan kontrasepsi mantap sudah berlangsung sekitar 30 tahun dan telah menjadi alternative pilihan dari masyarakat Indonesia dalam pengaturan kelahiran.
3) Permintaan masyarakat terhadap kontap masih rendah dan masih belum merata di seluruh Indonesia, hal ini merupakan peluang yang masih bias ditingkatkan
4) Telah dikembangkan sistem pelayanan kontap yang terintegrasi dengan system pelayanan kesehatan reproduksi.
b. Profil
1) Sangat efektif
2) Tidak ada efek samping jangka panjang
3) Tindak bedah yang aman dan sederhana
4) Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
5) Konseling dan informed consent mutlak diperlukan.
c. Batasan
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapsitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi penyatuan dengan ovum tidak terjadi.
d. Indikasi
Vasektomi merupakan upaya menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
e. Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
1) Infeksi kulit pada daerah operasi
2) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
3) Hidrokel atau varikokel yang besar
4) Hemia inguinalis
5) Flariasis elafantiasis
6) Undesensus testikularis
7) Massa intraskrotalis
8) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia.
f. Konseling, informasi dan persetujuan tindakan medis
1) Klien harus diberi informasi bahwa prosedur vasektomi tidak mengganggu hormone pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan seksual.
2) Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi terpilih hingga spermatozoa yang tersisa dalam vesikula seminalis telah dikeluarkan seluruhnya. Secara empiric, spera-analisis akan menunjukkan hasil negatif setelah 5-kali ejakulasi.
g. Informasi bagi klien
1) Pertahankan band aid selama 3 hari
2) Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik atau digaruk
3) Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air
4) Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering
5) Jika ada nyeri, berikan-tablet analgetik seperti parasetamol atau ibu prfen setiap 4-5 jam
6) Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari
7) Boleh bersanggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan, pakailah kondom atau kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali.
8) Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi.
h. Penilaian Klinik
Penilaian sosiomedik yang perlu diketahui dari seseorang calon akseptor vasektomi meliputi hal-hal berikut:
1) Riwayat operasi atau trauma pada regioskrotalis atau inguinalis.
2) Riwayat difungsi seksual, termasuk impotensi
3) Kondisi arena skrotalis (ketebalan, parut atau infeksi).
4) Temuan berupa undesensus testikularis, hidrokel/varikokel, massa intraskrotalis atau hernia inguinalis
5) Riwayat alergi
6) Adanya proteinuria atau diabetes mellitus.
j. Tempat pelayanan dan petugas pelaksana vasektomi tanpa pisau (VTP)
Tim medis VTP merupakan petugas kesehatan yang dilatih secara khusus untuk melakukan prosedur vasektomi. Di Indonesia pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang memiliki Tim Medis VTP merupakan fasilitas kesehatan terdepan yang dapat memberikan pelayanan kontrasepsi khusus ini. Walaupun prosedur vasektomi merupakan tindakan bedah minor, ketersediaan peralatan dan medikamentosa untuk tindakan gawat darurat merupakan syarat mutlak pelayanan. Akses ke fasilitas kesehatan rujukan juga harus tersedia setiap saat.
k. Komplikasi
1) Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah tindakan. Komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi akibat reaksi anafilaksis yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia.
2) Komplikasi pascatindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau abses pada testis, atrofi testis, epididimitis kongestif, atau peradangan kronik granuloma di tempat insisi. Penyakit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya antibody sperma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar